Selamat Datang

(Wilujeung Sumping)

Riungan Mahasiswa Sukabumi (RIMASI) adalah sebuah wadah bagi para mahasiswa sukabumi yang sedang kuliah di daerah jakarta, untuk mempererat tali silaturahmi dan saling berbagi dalam berbagi hal tentang masalah-masalah yang ada di sukabumi maupun yang bersangkutan tentang mahasiswa yang sedang belajar di berbagai universitas yang ada di daerah jakarta



Rabu, 06 Juli 2011

kisah dari pantai pangumbahan Ujung Genteng


Ujung Genteng sebagai obyek wisata, selain jaraknya yang cukup jauh dari pusat kota, juga kondisi jalan yang kurang bagus menjadi penyebabnya. Tapi jika Anda sedang berjalan-jalan ke Sukabumi atau ke Pelabuhan Ratu, sempatkanlah untuk mampir dan melihat keindahan pantai serta proses penangkaran penyu disana.

Pantai Pangumbahan memang menjadi tempat bertelur penyu. Ada enam jenis penyu yang sering 'mampir' ke pantai untuk bertelur, dan yang terbanyak adalah penyu hijau. Saat ini, penyu memang menjadi hewan yang dilindungi karena populasinya menurun drastis seiring banyaknya pemanfaatan bagian tubuh penyu dan konsumsi telur penyu.


Setiap malam selalu ada saja penyu yang naik ke pantai untuk bertelur. Seperti ketika kami datang pada malam harinya. Sekali bertelur, seekor penyu bisa mengeluarkan lebih dari 50 butir. Di daerah konservasi ini, selalu ada petugas yang berjaga agar telur tidak dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Penyu yang akan bertelur ternyata sensitif dengan gangguan. Pengunjung yang ingin melihat proses bertelur tidak boleh membuat kegaduhan dan menyalakan senter. Sebab, begitu penyu menyadari ada gangguan di pantai, maka dia akan merasa tidak aman dan akan kembali lagi ke laut. Ketika penyu baru naik, pengunjung juga belum diperbolehkan untuk masuk sampai penyu mulai bertelur.

Penyu akan membuat lubang di pasir terlebih dahulu untuk bertelur. Setelah bertelur, penyu akan menutup kembali lubang itu dengan menggunakan siripnya yang juga digunakan untuk berjalan. Alhamdulillah, kami pada waktu itu berhasil melihat proses penyu bertelur dan bagaimana penyu tersebut kelelahan ketika kembali kelaut karena baru saja 'melahirkan'.

Telur-telur tersebut kemudian akan diambil dan ditetaskan di tempat yang telah disediakan. Lama penetasan antara 30 sampai 60 hari tergantung kondisi cuaca. Anak penyu yang baru menetas atau yang biasa disebut tukik akan langsung dilepas ke laut pada sore harinya. Proses pelepasan biasanya dilakukan pada jam 5 sore. Selain kondisi pasir pantai yang sudah tidak panas, juga untuk menghindari predator laut yang akan memangsa, sebab pada jam-jam itu biasanya predator-predator di laut sudah kenyang.

Dari proses-proses diatas diharapkan populasi penyu akan kembali naik. Konon dari penelitian WWF (World Wild Foundation), sebagaimana yang disampaikan oleh kepala pengawas disana, jika penyu dibiarkan bertelur dan menetas secara alami, hanya sekitar 1% yang selamat. Selain karena pencurian telur penyu, juga adanya predator di pantai dan dilaut yang akan memangsa Tukik begitu menetas dan menuju kelaut.

Yang menarik, penyu ternyata memiliki sifat natal homing, yaitu akan kembali datang ke pantai dimana dia 'dilahirkan' dan akan bertelur disitu. Sehingga diharapkan dalam 25 tahun kedepan akan banyak penyu yang bertelur di pantai Pangumbahan Ujung Genteng. Sebab, dalam sehari saja, ada 50-an tukik yang dilepas ke pantai.

Begitulah sedikit kisah tentang penyu di pantai selatan sukabumi. Sayangnya jalan yang menuju ke tempat penangkaran memang masih belum bagus. Kabar baiknya, katanya  pemerintah daerah konon akan mengaspal jalan tersebut dan mengembangkannya menjadi tempat wisata pendidikan yang profesional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar