Selamat Datang

(Wilujeung Sumping)

Riungan Mahasiswa Sukabumi (RIMASI) adalah sebuah wadah bagi para mahasiswa sukabumi yang sedang kuliah di daerah jakarta, untuk mempererat tali silaturahmi dan saling berbagi dalam berbagi hal tentang masalah-masalah yang ada di sukabumi maupun yang bersangkutan tentang mahasiswa yang sedang belajar di berbagai universitas yang ada di daerah jakarta



Rabu, 28 Oktober 2015

MENGGAGAS ARAH BARU RIMASI JAKARTA


Menggagas Arah Baru RIMASI
Bismillahirahmanirrahim....
Mengawali pidato ini, saya mengajak hadirin sekalian, untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena atas rahmat dan karuniaNya , kita masih di beri kesempatan, kekuatan dan insyaAllah kesehatan untuk melanjutkan ibadah kita, karya kita serta tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara tercinta. Kita juga bersyukur , pada hari yang istimewa ini, kita dapat menghadiri rapat kerja pengurus Riungan Mhahasiswa Sukabumi.
Saudara-saudara pengurus yang saya hormati.
Dalam agenda rapat kerja kali ini ada beberapa hal yang harus menjadi catatan sodara dalam membuat agenda kerja. Di harapkan dalam menyusun program kerja ini mengacu pada big speak yang akan saya sampaikan ini.
Saudara-saudara pengurus yang saya hormati
Sebagai ketua, saya berkewajiban untuk membuat gambaran, arah serta visi, organisasi ini dalam satu periode kedepan atau setidaknya dalam istilah kita mengarahkan oragnisasi sebaai upaya membawa organisasi pada puncak kejayaan. Apa saja yang ingin kita sama-sama capai dalam periode ini, Kemudian kita perjuangkan bersama-sama.
Saudara pengurus yang saya bangakan
Dalam membuat arah atau wacana besar ini, tentu tidak serta merta memunculkan ide dan gagasan seperti halnya timbul dari ruang yang kosong. Wacana besar yang akan saya kemukakan di depan adalah hasil perenngan pribadi dan tentu hasil konsultasi dengan beberapa pihak yang tak mungkin saya sebutkan satu-persatu. Selain itu, secara organisasi sayapun sadar betul tetang amanah konstitusi kita, maka dari itu saya pun tidak mengabaikan konstitusi organisasi maka dari pada itu wacana besar inipun bersumber dari tafsiran konstitusi organisasi.
Saudara-saudara pengurus yang berbahagia
Rimasi sebagai organanisasi yang sifat dan bentuknya berbasis kedaerahan, kekeluargaan yang tujuannya utamanya adalah mewadahi putra/i daerah yang berangkat ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan. Selanjutnya tujuan ini pun di realisasikan dengan agenda-agenda organisasi yang kita istilahkan proses perkaderan. Proses dimana seorang mahasiswa yang berasal dari daerah yamg sama di bina secara terstruktur dan masif dalam bingkai kekluargaan.
Rimasi Jakarta, Sejak di dirikannya terjadi banyak perubahan. perubahan itu tentu agar supaya organisasi ini bisa survive di tengah derasnya gelombang hedonisme dan isme-isme lain.
Saudara pengurus yang saya hormati Sekurang-kurangnya ada 4 hal yang ingin saya tawarkan kepada saudara sebagai upaya membuat arah organisasi dalam periode ini.4 poin yang harus kita sama sama goolkan ini tidak lain dan tidak bukan adalah bertujuan untuk membuat RIMASI memiliki brand yang di segani dan di perhitngkan oleh masyarakat kampus dan masyrakat sukabumi. Saya berfikir bahwa untuk periode ini meningkatkan brand ini sangat penting. Sebeb RIMASI pada fase ini tak lagi berada pada fase perintisan yang fokus pada membangun organisasi supaya tegak. Tetapi RIMASI sudah berada pada fase konsolidasi. fase di mana perkaderan bukan menjadi poin utama dalam menyusun agenda kerja. Perkaderan penting karena RIMASI organisasi kader bukan oragnisasi masa, akan tetapi pada masa ini RIMASI sudah saatnya mengepakkan sayap, melangit dan mengangkasa. Artinya RIMASI sudah saatnya memiliki brand yang pantas di perhitungkan dan memiliki nama besar di masyarakat, baik itu masyarakat kampus yang notabene mahasiswa dan masyarakat luas pada umumnya.

Saudara pengurus yang saya banggakan
Untuk menggapai ha tersebut perlu adanya arah yang jelas. Ada banyak hal yang ingin saya capai untu RIMASI pada periode ini,namun sadar akan keterbatasan maka perlu adanya batasan yang jelas agar supaya kita sebgai pengurus paham apa saja yang akan kita capai dalam satu periode ini.
4 hal yang saya sebutkan di muka adalah pertama untuk mewujudkan poin sentral tadi RIMASI memiliki brand yang di perhitungkan, adalah RIMASI harus menyentuh ke ranah sosial kemasyarakatan. Sebagai organisasi mahasiswa kedaerahaan yang sifatnya berbasis kekeluargaan RIMASI wajib mendorong anggotanya agar supaya peka terhadap isu isu sosial kemasyarakatan khususnya isu yang berkembang di sukabumi. Maka dari itu pola perkaderan yang nanti akan di jalankan pun harus mengacu pada ini. Bagaimana mengkader anggota RIMASI supaya peka terhadap isu-isu sosial lalu kita wujudkan dalam bentuk aksi kita untuk merespon isu tersebut. Sejauh ini RIMASI cukup brhasil dalam hal sosial kemasyarakatan, salah satu agendanya adalah baksos peduli longsor Cirenghas. Kegiatan ini sebetulya bukan hanya masalah sosial saja akan tetapi multi dimensi. Artinya insiden ini bukan hanya menjadi isu sosial belaka tetapi secara otomatis menjadi isu lingkungan juga.
yang kedua adalah lingkungan. Rimasi memang bukan organisai pegiat lingkungan, akan tetapi jika kita berbicara daerah karena RIMASI adalah organisasi kedaerahan maka menjadi multi tafsir. Salah satunya adalah lingungan, maka berlandaskan asas konstitusi, RIMASI perlu menyentuh isu-isu lingkungan. Maksudnya adalah RIMASI sebagai oaganisasasi kedaerahan berkewajiban untuk mengarahkan kadernya supaya paham dan peduli terhadap apa yang terjadi di daerah asalnya. Bagaimana kondisi lingkungan, apa yang terjadi pada lingunganya. Jangan sampai mereka yang berasal dari daerah tak tahu daerahnya. Lingkungan ini menjadi isu  yang menarik, pertama isu ini bisa di bawa ke ranah parawisata yang pada nantinya membantu geliat perekonomian masyrakat setempat atau juga bisa di bawa ke ranah politik. Artinya sejauh mana pemerintah pro terhadap lingkungan dalam hal pengambila kebijakan.
Yang ketiga, yang tidak kalah penting juga adalah politik. Yang di maksud politik di sini adalah bagaimana RIMASI sebagai organisasi daerah bisa mengarahkan anggotanya untuk tidak apolitik atau dalam istilah kita buta politik. Sebagai mahasiswa harusnya melek politik. Mahasiswa harus betul-betul menjadi agent of change  Maka dari itu RIMASI harus mengupayakan hal itu. Tapi jangan di artikan RIMASI ikut berpolitik, tidak. Justru RIMASI harus betul-betul menjadi coontrol pemerntah, sejauh mana kebijakan yang di keluarkan pemerintah selaras dengan apa yang di harapkan oleh masyarakat. Saya pikir jika kita berbicara ketiga elemen tadi yaitu Sosial, Lingkungan dan Politik, maka ini menjadi satu kesatuan yang tak bisa di pisahkan. Bayangkan jika kita meniliti isu sosial maka itu akan bersangkutan dengan isu lingkungan begitu juga isu politik. Semisal contoh kasus daerah Cicurug, daerah yang di mana industrilasisai paling tinggi di Sukabumi. Apa saja yang terjadi di kawasan industri ini, ada puluhan perusahaan multi nasional yang menancapkan taringnya di daerah tersebut. Apa dampak sosial yang terjadi di sana, pertama adalah kondisi sosial masyaraktanya menjadi kurang peduli terhadap pendidikan. Maka tak aneh jika banyak putra daerah yang tak melanjutkan pendidikannya karena tergiur oleh gaji yang di tawarkan perusahaan. Efek sosialnya pertama itu, kedua efek sosial yang lain juga adalah banyaknya kaum ibu menjadi buruh sedangkan kaum bpa menggantikan posisi ibu di rumah, bisa di bayangkan bagaimana jadinya anak yang tumbuh besar dalam ketimpangan sosial semacam itu. Isu yang kedua sudah pasti berefek pada lingkungan, bayangkan ada puluhan perusahaan air minum yang tidak memerhatikan AMDAL (analisa Managament dan Lingkungan) efeknya sudah pasti kerusakan alam, jalanan rusak parah, serta kemaceta tentunya. Hal ini pun sudah pasti berpangkal pada ranah politik Karena tak mungkin penanam saham mendirikan perusahan jika tak mengantongi ijin dari pemda. Maka kita sebgai putra daerah minimal bisa memahami dan sebisa mungkin menanggulangi ketimpangan yang terjadi di daerah kita. Seperti yang kita selogankan “pulang kampung bangun desa”